Ibu Pertiwiku Menangis


Gemercik air menemaniku saat hening tercipta,
Menutup mata mendengar alunan dalam karsa,
Menandakan waktu yang terlewat,
Terlewat sudah dalam dimensi tak terawat.

Sungging senyum selalu ku biarkan merekah,
Seperti bunga yang mati saat dikecap sarinya,
Dentuman waktu kian memburu,
Layaknya sepasang muda-mudi terbalut cemburu.

Mungkinkah diri ini hanya sebagai bayang?!?
Bayang akan kehidupan yang tak lepas dari lalu?!?
Terbang tinggi ke atas lalu terhempas,
Terjatuh dalam bisu.

Hakikat hidup yang terikat dogma,
Terpejam mata dalam stigma,
Bukan kemunafikan tercipta sempurna,
Seperti kerbau dicocok hidungnya.

Ibu pertiwiku menangis,
Menangis akan masalah tak kunjung usai,
Saling hujat menghujat anak bangsa,
Kemana bangsa yang dulu berikrar Bhinneka Tunggal Ika?!?

Ibu pertiwiku menangis,
Dalam kebimbangan tak kunjung usai,
Menuju pembaringan terakhir,
Hingga hilang semua rasa simpati dan empati.

Ibu pertiwiku menangis,
Hilang sudah pengharapan yang dinanti,
Seperti mengembala domba yang mati,
Mati diterkam berita yang tiada berinti.



Karya : Aishawara Valentine
Judul : Ibu Pertiwiku Menangis

1 Komentar

  1. Saking kebawanya jadi pengen nangis :'(
    Semoga jadi sastrawan 👍

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak