Negara yang kaya akan SDA dan SDMnya seperti menghilang dalam tampu kekuasaan yang tiada pernah terpikirkan sebelumnya.
Disana sini terjadi huru hara,baik itu di dalam maupun luar negeri. Sehingga secara tidak langsung mendesak agar Teflon segera dinobatkan sebagai presiden baru.Namun,Teflon bersikeras tidak bersedia.
Waktu itu cuaca sangat cerah, suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan, ribuan rakyat mengelilingi rumah Teflon, dan berteriak-teriak dengan nada memohon, agar untuk kepentingan bangsa dan negara, Teflon akhirnya luluh dan bersedia menjadi presiden.
Akhirnya beberapa di antara mereka masuk ke dalam rumah Teflon, lalu dengan sikap hormat mereka memanggil Teflon beramai-ramai menuju ke Gedung Parlemen. Sementara itu, teriakan-teriakan “Hidup Presiden Teflon,” terus-menerus berkumandang dengan nada penuh semangat.
Demikianlah, semua anggota Parlemen menyambut kedatangan Teflon, dan segera menggelandang Teflon dengan halus dan penuh hormat untuk tampil di mimbar.
Ketua Parlemen pun berpidato, singkat tapi padat. Inti pidato: rakyat sangat merindukan pemimpin yang baik, dan pemimpin yang baik itu tidak lain dan tidak bukan adalah Teflon. Majelis Parlemen pun akhirnya melantik Teflon sebagai Presiden Republik Demokratik Teflon (bukan salah cetak, memang presidennya bernama Teflon, dan nama negaranya diambil dari nama presidennya).
Setelah menyampaikan pidato pelantikannya sebagai Presiden, dalam hati Teflon berkata kepada dirinya sendiri, bahwa dia akan bekerja dengan sebaik-baiknya, dan sebelum masa jabatannya berjalan satu tahun, dia tidak akan pergi ke luar negeri dengan alasan apa pun. Banyak persoalan dalam negeri harus dia hadapi, dan semuanya itu akan diselesaikannya dengan sebaik-baiknya.
Teflon dikenal mempunyai perangai pribadi sederhana dan pekerja keras serta tidak mementingkan diri sendiri, maka begitu banyak pemimpin negara berkunjung ke Republik Demokratik Teflon, tentu saja khusus untuk menemui Presiden Teflon.
Baca juga : Cerpen Cinta & Persahabatan***
Hasil pembicaraan dengan sekian banyak pimpinan negara itu mudah diterka: kesepakatan kerja sama dalam perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, dan kebudayaan. Ujung dari semua kesepakatan juga mudah diterka: dengan tulus tapi bersifat mendesak, semua pemimpin negara mengundang Presiden Teflon untuk mengadakan kunjungan balasan. Dalam setiap kunjungannya akan memakan waktu paling sedikit tiga hari, karena dalam setiap kunjungannya, masing-masing pemimpin negara dengan bersungguh-sungguh menunjukkan kemajuan dan kekurangan negaranya. Demi kepentingan semua negara, kerja sama harus segera dilaksanakan.
Begitu sebuah kunjungan pemimpin asing usai, berita mengenai keengganan Presiden Teflon untuk melawat ke luar negeri muncul sebagai berita-berita besar, dan menarik perhatian hampir semua warga negara Republik Demokratik Teflon. Akhirnya, dengan berbagai cara, tokoh-tokoh masyarakat sekuler, tokoh-tokoh agama, dan tokoh-tokoh pemuda menyuarakan hati nurani mereka yang tulus, bahwa untuk kepentingan negara dan bangsa, Presiden Teflon benar-benar diharapkan untuk memenuhi undangan sekian banyak pimpinan negara-negara asing itu. Desakan demi desakan terus berlangsung.
***
Setelah malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Teflon masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Teflon, lalu melepas kaos dalam Teflon, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Teflon di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung Teflon.
“Teflon, cobalah kita kenang kembali masa-masa pacaran kita dulu. Berbincang mengenai keinginan-keinginan kita. Bagi kita itulah keinginan biasa, tapi bagi teman-teman, keinginan itu merupakan cita-cita mulia.”
***
“Tengoklah dengan seksama peta dunia ini,” kata Teflon dalam sebuah pertemuan dengan teman-temannya sembari membentangkan sebuah peta dan menggantungkannya di dinding.
Perhatikan dan amatilah nama-nama yang sekian banyak negara dalam peta, maka tampaklah sebuah negara yang namanya beberapa kali berubah. Setelah sekian lama nama ini berubah, akhirnya negara ini punya nama baru, yaitu Republik Demokratik Dobol, lalu berubah menjadi Republik Demokratik Tonggak, lalu disusul oleh nama baru lain, yaitu Republik Demokratik Roda.
Bukan hanya itu. Perhatikan dengan seksama bendera negara ini juga berubah-ubah sesuai dengan nama negaranya. Maka pernah ada bendera dengan gambar seseorang berwajah beringas bernama Dobol, lalu ada bendera dengan gambar Tonggak dengan wajah garang, disusul oleh bendera bergambarkan wajah tolol Roda.
Dahulu nama negara masih menggunakan system," Siapa yang menjadi Raja,Dialah yang berhak untuk memberi nama kerajaan". Sedangkan bendera kerajaan ditentukan dengan wajah jenderal tertinggi. Karena dalam kebiasaan lama masa jabatan raja tidak ada batasnya, maka, supaya undang-undang dasar tidak sepenuhnya bertentangan dengan kebiasaan lama, dalam undang-undang dasar negara republik demokratik ini, pasal mengenai masa jabatan presiden pun tidak perlu dicantumkan.
Oleh karena sebab itulah,Dobol menjadi Presiden Republik Demokratik Dobol dikarenakan tidak ada pasalnya dalam undang-undang dasar sampai beberapa periode sampai pada suatu saat Sang Takdir menanam sebuah biji yang bertengger di dalam otak,atau lebih dikenal dengan nama Tumor Ganas.
Semakin hari semakin memburuk kesehatan Dobol sehingga menyebabkan Dobol lumpuh total. Namun, semangat Dobol untuk patuh kepada hukum masih berkobar dengan semangat penuh. Dalam perundang-undangan yang berlaku dinyatakan dengan tegas, siapa pun berhak menjadi presiden, asalkan memenuhi syarat. Dan seseorang yang memenuhi syarat, tidak lain adalah Tonggak bukan sebagai anak Dobol, tetapi sebagai warga negara biasa yang kebetulan adalah anak presiden negara republik demokratik ini.
Demikianlah, maka Tonggak menjadi Presiden Republik Demokratik Tonggak, sampai akhirnya Sang Takdir mengulangi tugasnya sebagai penguasa hukum alam: sebuah bibit tumor ganas disisipkan ke dalam otak Tonggak, dan tamatlah riwayat Tonggak.
Semakin hari semakin memburuk kesehatan Dobol sehingga menyebabkan Dobol lumpuh total. Namun, semangat Dobol untuk patuh kepada hukum masih berkobar dengan semangat penuh. Dalam perundang-undangan yang berlaku dinyatakan dengan tegas, siapa pun berhak menjadi presiden, asalkan memenuhi syarat. Dan seseorang yang memenuhi syarat, tidak lain adalah Tonggak bukan sebagai anak Dobol, tetapi sebagai warga negara biasa yang kebetulan adalah anak presiden negara republik demokratik ini.
Demikianlah, maka Tonggak menjadi Presiden Republik Demokratik Tonggak, sampai akhirnya Sang Takdir mengulangi tugasnya sebagai penguasa hukum alam: sebuah bibit tumor ganas disisipkan ke dalam otak Tonggak, dan tamatlah riwayat Tonggak.
Baca juga : Cerpen Cinta & Pengorbanan
***
Karena Tonggak mewarisi sifat dari ayahnya(Dobol) yang sangat setia terhadap perundang-undangan yang berlaku,maka jatuhlah kekuasaan presiden republik demokratik ini ke tangan Roda, seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi presiden bukan karena dia anak Presiden Republik Demokratik Tonggak, tapi karena sebagai warga negara biasa dia benar-benar memenuhi syarat untuk menjadi presiden.
Namun,sifat Roda sangatlah berbeda dengan ayahnya maupun kakeknya. Roda bersifat manja, malas, suka foya-foya, dan tentu saja suka main perempuan.Selain itu,merasa dirinya Full Power,maka berjudi pun dia lakukan dengan penuh semangat tanpa ada rasa bersalah sekalipun.
Setelah Roda merusak tatanan negaranya sendiri dengan perilaku buruknya, maka Sang Takdir pun mulai melakukan gerilya: kali ini tidak dengan jalan menanamkan bibit tumor ke dalam otak, tapi dengan membuat otak Roda sedikit miring. Sehingga membuat Roda tidak bisa lagi membedakan antara siang dan malam, dekat dan jauh, langit dan bumi, dan yang lebih parahnya lagi, Roda tidak bisa membedakan apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan. Maka, diam-diam Roda suka keluyuran sendiri di kampung, berusaha memperkosa perempuan, tapi ternyata laki-laki.
Rakyatpun merasa terzolimi akibat perilaku bejat pemimpinnya.Dan pada akhirnya, kudeta terhadap kekuasaan pun terjadi, tanpa tahu siapa pemimpinnya, dan tanpa pertumpahan darah sama sekali. Tanpa diketahui siapa yang memberi komando, tahu-tahu Roda sudah diringkus dan dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Juga tanpa diketahui siapa yang memberi komando, sekonyong-konyong serombongan anak muda merebut stasiun televisi dan radio, lalu secara spontan mengumumkan bahwa sejak saat itu nama negara diganti dengan Republik Demokratik Teflon, dengan bendera berwajahkan Teflon.
“Kau harus melakukan sesuatu, Teflon, sekarang juga. Aku akan selalu mensupportmu,” kata isterinya dengan lembut, lalu menciumi Teflon lagi dengan lembut pula.
***
Pada keesokan harinya.Teflon sebagai Presiden baru mengeluarkan Dekrit Presiden yaitu mulai hari ini nama negara diganti dengan nama baru dan tidak boleh diubah lagi, yaitu Republik Demokratik Nusantara. Kedua,lambang bendera harus diciptakan dalam waktu sesingkat-singkatnya, tanpa mencantumkan wajah siapa pun juga. Terakhir, masa jabatan presiden dibatasi paling banyak dua periode, masing-masing periode lima tahun.
Lagu kebangsaan, seperti yang lalu-lalu, tinggal diganti liriknya. Dulu nama raja dipuja-puji, lalu nama Dobol diangkat-angkat setinggi langit, disusul dengan pujian-pujian kepada Tonggak. Terakhir, nama Roda dijejalkan ke dalam lagu kebangsaan, tentu saja dengan gaya puja-puji.Semuanya diganti dengan nama Negara kita,Negara Demokrasi Nusantara.Maka, sesuai dengan tugasnya, mau tidak mau Teflon sering melawat ke luar negeri.
***
Ketika dalam perjalanan pulang dari lawatannya ke beberapa negara. Teflon memberikan penjelasan dalam komentar kepada para wartawan.
“Seperti yang kita ketahui bersama, semua negara beserta kepala negara dan pejabat penting yang kita kunjungi pasti memuji-muji kita. Negara kita adalah macannya dunia, perkembangan ekonominya luar biasa,dan presidennya layak menjadi pemimpin dunia. Bisakah kalian jelaskan, makna pujian yang sudah sering saya katakan?”
“Pujian hanyalah simbol hiasan diplomasi,” kata sekian banyak wartawan dengan serempak.Mereka ingat, pada masa-masa lalu, semua pujian kepada negara mereka dari mana pun datangnya, dianggap sebagai kebenaran mutlak. Negara mereka memang hebat dan tangguh, perkembangan ekonominya diatas rata-rata, dan presiden negaranya benar-benar pantas menjadi pemimpin dunia.
Di bawah pimpinan Presiden Teflon, Negara ini makin melebarkan sayapnya: sekian banyak duta besar ditebarkan di sekian banyak negara yang dulu sama sekali belum mempunyai hubungan. Presiden Teflon, dengan sendirinya, harus hadir tanpa boleh diwakilkan.
Sangat disayangkan, masih ada satu negara lagi yang belum terjamah oleh Republik Demokratik Nusantara.Negara itu terkenal makmur dan para pemimpinnya hebat, setidaknya berdasarkan catatan-catatan resmi. Para pemimpin sekian banyak negara berkali-kali memuji keramahan penduduk negara itu, keindahan alamnya, dan kemakmuran negara itu. Maka, setelah waktunya tiba, datanglah Presiden Teflon ke negara itu. Laporan tim inteligen ternyata benar.Di negara yang sangat makmur itu, banyak pemimpin bertangan buntung. Hukum tidak tumpul ke atas dan tidak juga runcing ke bawah.
" Barangsiapa yang mencuri (baik itu mencuri barang ataupun uang),akan dihukum potong tangan "Dan Presiden Teflon dari Republik Demokratik Nusantara pun sempat terkagum-kagum.Rakyat negara itu hidup sentosa meski seperti sebuah boneka. Namun,mereka hidup dengan pemimpin yang adil dan tegas serta hebat.
" Dan barangsiapa yang melakukan tindak mengotori nama harum negara,akan dihukum mati dengan cara diarak massal dipertontonkan ke khalayak ramai"